matematikanizer (yuniita)
kumpulan tugas-tugas matematika by anak rumahan :D
Kamis, 23 Februari 2017
Minggu, 13 Desember 2015
KALIMAT EFEKTIF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah
unit bahasa berupa kalimat, klausa dan frase.
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat
dikatakan sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang dirangkai,
dijalin sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya
mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya dengan orang lain.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh
dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian kalimat?
2.
Apa yang
dimaksud kalimat efektif?
3.
Apa saja
ciri-ciri kalimat efektif?
4.
Apa saja
pola kesalahan dalam membentuk kalimat efektif?
C. Tujuan
1.
Dapat
menjelaskan pengertian kalimat.
2.
Dapat
memahami kalimat efektif.
3.
Dapat
mengetahui ciri - ciri kalimat efektif.
4.
Dapat
mengetahui pola kesalahan dalam membentuk kalimat efektif.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
Keraf
(1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu bagian dari ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian
ujaran itu sudah lengkap.
Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (1988) menyatakan bahwa kalimat merupakan bagian terkecil
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran utuh secara
ketatabahasaan.
Sosok
kalimat tampak dalam dua wujud, yaitu lisan dan tulisan. Dalam wujud lisan,
kalimat diiringi oleh alunan titiknada, diwarnai oleh kekerasan dan kelembutan
tekanan, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai dan diikuti oleh
kesenyapan. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda seru.
Kalimat
lisan merupakan wujud primer dari bahasa sedangkan kalimat tertulis merupakan
derivasi dari wujud primer tersebut yang
tentu saja tidak mampu mencerminkan keseluruhan wujudnya.
B. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91). Definisi
kalimat efektif juga diungkapkan oleh Badudu (dalam Resti, 2011:3) Kalimat
efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar
(pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penutur atau penulis. Selain itu, Badudu (dalam Resti, 2011:3) juga
berpendapat, “sebuah kalimat dapat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik
sebagai alat komunikasi.”
Secara garis besar, ada dua syarat
kalimat efektif, yaitu :
1.
Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi
dan penggunaan ejaan.
2.
Syarat utama yang meliputi struktur kalimat efektif
dan ciri kalimat efektif.
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
1.
Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata
(kosakata) bahasa tersebut,
2.
Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara
aktif,
3.
Kemampuan mencantumkan gaya yang paling cocok
untuk menyampaikan gagasan-gagasan,
4.
Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang
C. Ciri-ciri
Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus
memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1.
Variasi
Penulisan
dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana monoton atau datar sehingga
akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Kevariasian dalam kalimat,
dimaksudakan untuk memberikan kesegaran dalam penelitian.
Penggunaan
kalimat yang bervariasi dapat menimbulkan suasana yang nyaman, tidak kaku dan
monoton. Tulisan yang monoton cenderung membosankan. Oleh karena itu, harus
dilakukan dengan cara mengubah posisi subjek dan predikat mangakali kalimat
dengan menggunakan sebuah kata atau frase, penggunaan kalimat panjang atau
pendek, atau dengan menggunakan berbagai jenis kalimat asalkan jangan sampai
mengubah isinya atau gagasan asli yang akan disampaikan kepada pembaca.
Contoh:
·
Mang usil dari
kompas menganggap hal ini sebagai suatu
isyarat sederhana untuk bertransmigrasi. (frase benda)
·
Di buangnya
jauh-jauh fikiran yang menghantuinya selama ini. (frase kerja)
·
Karena bekerja
terlalu berat dia jatuh sakit. ( frase penghubung)
2.
Paralelisme
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
Contoh:
·
minyak dibekukan atau kenaikan secara
luwes.
·
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu
adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak
mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat
diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan
atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut :
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3.
Penalaran
Kalimat yang efektif harus logis karena setiap kalimat harus bisa
dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat dan sesuai dengan penalaran. Berikut ini
adalah contoh kalimat yang logis dan tidak logis :
·
Kepada kepala
sekolah waktu dan tempat kami persilahkan.
(tidak logis)
·
Untuk
mempersingkat waktu mari kita lanjutkan acara ini. (logis)
Seluruh bagian dari kedua kalimat di atas sebenarnya bisa dimengerti,
tetapi ada beberapa bagian yang sulit diterima akal sehat. Maka dari itu, jalan
pikiran penulis/pembicara menentukan mudah-tidaknya sebuah kalimat dipahami.
4.
Koherensi (kepaduan)
Kesatuan
atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu,
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen +
verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan
objek penderita.
Contoh:
·
Kita harus dapat mengembalikan kepada
kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
·
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota
yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
·
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber
optik. (tidak efektif)
·
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
5.
Penegasan
Ketegasan
atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari
kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara,
yaitu:
a.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat
(di awal kalimat).
Contoh:
Contoh:
·
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan
lagi pada kesempatan lain.
·
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat
membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
·
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
·
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa
dan negaranya. (ketegasan)
b.
Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
·
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
·
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
·
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
·
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti:
partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
·
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
·
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas ini.
D.
Struktur
Kalimat Efektif
Struktur kalimat efektif haruslah benar.
Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang
menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang
strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan
merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau
bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya
terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama
lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah
dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan
biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat
pemakai bahasa itu.
. Pola Kesalahan dalam Membentuk Kalimat Efektif
Berikut ini
akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan
serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.
a.
Penggunaan
dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
-
Sejak dari
usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
-
Hal itu
disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
-
Ayahku rajin
bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
-
Pada era
zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)
-
Berbuat baik
kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)
b.
Penggunaan
kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :
-
Menurut
berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah /
Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah).
-
Kepada yang
bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)
c.
Penggunaan
imbuhan yang kacau :
-
Yang
meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap
mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
-
Ia
diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak
mengulangi perbuatannya.)
-
Operasi yang
dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
-
Dalam
pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi
puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)
d.
Kalimat tak
selesai :
-
Manusia yang
secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial,
selalu ingin berinteraksi.)
-
Rumah yang
besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
e.
Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang
tidak baku :
Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci,
menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik,
menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya
mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik,
mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.
•
Pertemuan
itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.
•
(Pertemuan
itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)
•
Gereja itu
dilola oleh para rohaniawan secara professional.
•
(Gereja itu
dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)
•
tau menjadi
tahu
•
negri
menjadi negeri
•
kepilih
menjadi terpilih
•
faham
menjadi paham
•
ketinggal
menjadi tertinggal, dll.
f.
Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan
‘yang mana’ :
-
Saya
menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)
-
Rumah sakit
di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)
-
Manusia
membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh.)
g.
Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
-
Seorang
daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
-
Seorang pun
tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)
-
Tendangan
daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)
h.
Pilihan kata yang tidak tepat :
-
Dalam
kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang
dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk
berbincang-bincang dengan masyarakat.)
-
Bukunya ada
di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
i.
Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah
arti :
Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai
pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan
salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai
yang pernah dilakukan?
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.
Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat
menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau
nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
j.
Pengulangan
kata yang tidak perlu :
-
Dalam
setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)
-
Film ini
menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu
perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling
menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok
Khong Guan yang saling menjatuhkan.)
k.
Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :
-
Dokter itu
mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)
-
Siapa yang
dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada
orang tuanya?)
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pengertian-pengertian tentang kalimat efektif, dapat disimpulkan bahwa kailmat
efektif adalah kalimat yang memiliki kekuatan atau kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca.
Namun,
pengertian kalimat efektif yang dijelaskan di atas berarti hal terpenting dalam
tulisan adalah dapat diterima atau dimengertinya sebuah kalimat oleh pembaca
tanpa menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar.
Padahal,
terdapat perbedaan penggunaan bahasa tulisan dan bahasa lisan. Bahasa tulisan
harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar dapat mudah diterima dan
dimengerti oleh pembaca.
Didalam
materi makalah ini menyangkut tentang kalimat efektif karena kalimat efektif
adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran dan perasaan penulis atau
pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau pendengar. Dan kalimat efektif
juga terbagi atas unsur-unsur penting yang ada dalam kalimat tersebut adalah
merupakan kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan/ide yang dikandung
kalimatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1988. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Kahfifan,
Muhammad Hadi. 2014. (online). Penyampaian
Informasi Yang Jelas Menggunakan
Kalimat Efektif. Tersedia pada : http://muhammadkahfifanhadi.blogspot.co.id/2014_01_01_archive.html. Diakses
Tanggal 13 Desember 2015.
Keraf, Gorys. 1982. Tatabahasa
Indonesia. EndeFlores: Nusa Indah
Monalisa. 2013.
(online). Ciri Kalimat Efektif Variasi.
Tersedia pada : http://www.scribd.com/doc/226940488/Ciri-Kalimat-Efektif-variasi. Diakses tanggal
13 Desember 2015.
Resti,
mifta 2011. (online). Makalah Kalimat
Efektif. Tersedia pada: http://miftaresti.blogspot.co.id/2011/11/makalah-kalimat-efektif.html. Diakses
tanggal 13 Desember 2015.
Langganan:
Postingan (Atom)