PEMBAHASAN
A.
Taksonomi
Bloom
Kata taksonomi diambil dari bahasa yunani Tassein yang berarti untuk mengklasifika-sikan dan nomos yang berarti aturan.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan.
Dalam hal ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu:
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap diasumsikan menyertakan juga tingkah
laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956 (dalam diktat dasar dan
proses pembelajaran matematika II, 2012:5E), sehingga sering pula disebut
sebagai “Taksonomi Bloom”.
B.S.Bloom
bersama rekan-rekannya yang berfikir sehaluan, menjadi kelompok pelopor dalam
menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan intruksional (education objectives).
Pada tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomi
of Educational Objectives”, Cognitive Domain”. Pada tahun 1964, terbitlah
karya “Taxonomi of Educational
Objectives, Affective Domain”. Kelompok pelopor ini tidak bershasil
menerbitkan suatu taksnomi yang menyangkut tujuan intruksional di bidang
psikomotorik (psychomotor domain).
Orang lainlah yang mengembangkan sutau klasifikasi di bidang ini, antara lain
E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972 (dalam diktat dasar
dan proses pembelajaran matematika II, 2012:5E).
Arti
dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah
Pembangun) yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975,
telah mulai tertanam
kesadaran pada guru bahwa tujuan pelajaran harus dirumuskan sebelum proses
belajar-mengajar berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahu kepada para siswa.jadi,tujuan tersebut bukanlah sesuatu
yang perlu dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya,
siswa tidak akan tahu mana
pelajaran yang penting dan mana yang tidak.
Kesadaran seperti ini diharapkan dapat mendarah
daging, seperti halnya jika orang mau pergi kesuatu tempat
sudah mempunyai bayangan letak tempat tersebut sehingga dengan mudah menentukan
jalan mana yang harus dilalui.Apabila setiap guru memahami kegunaan perumusan
tujuan ini maka mereka dapat mengusahakan
kegiatan mengajar secara efektif.
Kepentingan hubungan antara kegiatan belajar-mengajar
dengan tujuan,
oleh seorang ahli bersama Scrive (1967)
(dalam
Arikunto, 2008) mengemukakan
bahwa harus ada hubungan erat antara:
(1)
Tujuan
kurikulum dengan bahan pelajaran.
(2)
Bahan
pelajaran dengan alat-alat evaluasi.
(3)
Tujun
kurikulum dengan alat-alat evaluasi.
Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang
dapat diukur. Ebel (1963) (dalam
Arikunto, 2008) berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu
yang penting tetapi tidak dapat diukur maka tujuan itu harus diubah.
Jika tujuan telah dirumuskan
secara operasional maka hasilnya akan dapat diukur.
Suatu tanda bahwa seseorang
telah mencapai tujuannya, akan terlihat pada perubahan tingkah lakunya.
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga
tingkatan. Pertama, tujuan umum pendidikan.
Tujuan ini menentukan perlu
dan tidaknya sesuatu program diadakan. Di dalam praktek sehari-hari di sekolah,
tujuan ini dikenal sebagai
TIU (Tujuan Instruksional Umum). Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku.
Dalam periode 20 tahun
terakhir ini, banyak usaha telah dilakukan untuk mencari metode yang
dapat digunakan untuk menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan
yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan sehari-hari.
Yang dimaksud adalah
berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku.
Inilah yang dimaksud dengan
taksonomi (taxonomy). Ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum
yaitu kognitif,
efektif,
dan psikomotor (yang dalam
hal ini penulis gunakan istilah keterampilan).
Ketiga
tujuan yang lebih jelas
dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan
kawan-kawan adalah sangat bersifat mental.mereka tidak menjelaskan
kepada para pendidik secara konkret dan dapat diamati.
Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah,
ketiga tujuan ini harus ada.
Tetapi prakteknya memang
sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif.
Kesulitan lain adalah bahwa
sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang lebih terperinci.
Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana
menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landshere (dalam Arikunto, 2008) disimpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan (termaksuk taksonomi)
yaitu:
a.
Tujuan
akhirau tujuan umum pendidikan.
b.
Taksonomi.
c.
Tujuan
yang operasional.
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi
kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain.
Prinsip-prinsip dasar yang
digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah yaitu:
a.
Prinsip
metodelogis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada
cara-cara guru dalam mengajar.
b.
Prinsip
psikologis
Taksonomi hendaklah konsisten dengan fenomeria kejiaan
yang ada sekarang.
c.
Prinsip
logis
Taksonomi hendaknya dikembang secara logis dan
konsisten.
d.
Prinsip tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan
nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya
mengambarkan corak yang netral.
Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi
suatu tingkatn yang menunjukan suatu tingkat kesulitan. Sebagai
contoh,mengingat fakta lebih mudah daripada menarik kesimpulan. Atau menghafal,
lebih mudah daripada memberi
pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksikan kepada kesulitan dalam
proses belajar dan mengajar.
Sudah banyak diketahui bahwa mula-mula taksonomi bloom terdiri dari dua bagian yaitu kognitif domain dan
efektif domain (cognitive domain and
affective domain). Pencipta dari kedua taksonomi ini merasa tidak tertarik
pada psikomotor domain karena mereka melihatnya hanya ada sedikit kegunaannya
di Sekolah Menengah atau Universitas (Bloom,1996). Akhirnya Simpson melengkapi dua domain yang ada dengan psikomotor domain
(1996). Namun sebenarnya pemisahan antara ketiga domain ini merupakan pemisahan
yang dibuat-buat,karena manusia merupakan
suatu kebulatan yang tidak dapat dipecah-pecah sehingga segala tindakannya
merupakan suatu kebetulan.
Saat ini sudah banyak diketahui oleh umum bahwa apa
yang dikenal sebagai taksonomi Bloom (1956) sebenarnya merupakan hasil kelompok
penilai di Universitas yang trdiri dari B.S Bloom Editor M.D.Engelhart,E.Furst,
W.H.Hill, dan D.R.Krathwohl
yang kemudian
didukung pula oleh Ralp
W.Tyler*).
Secara garis besar,
Bloom bersama kawan-kawan
merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan:
1.
Kategori tingkah laku yang masih verbal.
2.
Perluasan
kategori menjadi sederet tujuan.
3.
Tingkah
laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas (taks) dalam
pertanyaan-pertanyaan
sebagai ujian dan butir-butir soal.
Adapun suatu
taksonomi dalah merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang khusus,
yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana
dikembangkan dalam ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui
tentang tumbuh-tumbuhan dan binatang, Sistematika pembagian
atau penggolongan itu tidak berdasarkan suatu sistematika yang ditentukan
sendiri (yang bersifat arbitrer), sebagaimana
terjadi dalam kartokek perpustakaan, yang mengklasifikasikan buku buku menurut
urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad judul-judul buku atau menurut topik-topik yang dibahas dalam
buku-buku itu. Taksonomi-taksonomi ditiga rana kognitif, afektif, dan
psikomotorik, yang dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa orang
lain, memang disebut “taxonomi”,
tetapi menurut pendapat beberapa ahli psikolog belajar, mungkin tidak
seluruhnya memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas,
khususnya dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap
dipertahankan di sini, sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali untuk
sistematika yang dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang
menggunakan nama/judul “klasifikasi” (classification).
Adapun taksonomi atau
klasifikasi adalah sebagai berikut:
1. Rana
Kognitif :
·
Pengetahuan (Knowledge)
·
Pemahaman (Comprehension)
·
Penerapan (Application)
·
Analisa (Analysis)
·
Sintesa (syntesis)
·
Evaluasi (Evaluation)
2. Rana
Afektif
·
Penerimaan (Receiving)
·
Partisipasi (Responding)
·
Penilaian/penentuan
sikap (Valuing)
·
Organisasi (Organization)
·
Pembentukan pola hidup (Characterization By A Value or Value
Complex)
3. Rana
Psikomotorik :
·
Persepsi (Perception)
·
Kesiapan (Set)
·
Gerakan Terbimbing (Guided Response)
·
Gerakan Yang Terbiasa (Mechanical Response)
·
Gerakan Yang Kompleks (Complex Response)
·
Penyesuaian Pola
Gerakan (Adaptation)
·
Kreativitas (Creativity)
1.
Rana
Kognitif
Kawasan
kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar terdiri dari :
·
Pengetahuan (Knowedge)
Mencakup
ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal
itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui.
Pengetahuan yang disimpen dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui
bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut: “siswa akan mampu
menyebutkan nama semua sekretaris jenderal
PBB, sejak saat PBB mulai
berdiri”. Siswa akan mampu menulis semua nama propinsi di Indonesia, pada peta
perbatasan daerah-daerah propinsi.”
·
Pemahaman (Comprehension)
Mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu kebentuk lain, seperti rumus
matematika kedalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan
yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
·
Penerapan (Application)
Mencakup
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu
kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam
aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu
metode kerja pada pemecahan problem baru.
·
Analisa (Analysis)
Mencakup
kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga
struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau
kompenen-kompenen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian
itu.
·
Evaluasi (Evaluation)
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal,
bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria
tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu,
seperti penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas,
atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya
perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang berlaku dalam perumusan TIK yang
baik.
2.
Rana
afektif
Pembagian
domain ini disusun Bloom bersama David Krathwol. Kawasan afektif yaitu kawasan
yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :
·
Penerimaan (Receiving/Attending)
Mencakup
kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh
guru.
·
Partisipasi (Responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang
meliputi proses sebagai berikut:
a. Kesiapan
menanggapi (acquiescene of responding).
Contoh: mengajuk pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi
pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
b. Kemauan
menanggapi (willingness to respond),
yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus didalam bagian yang diperhatikan.
Misalnya pada desain atau warna saja.
c. Kepuasan
menanggapi (satisfaction in response),
yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan
keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menannggapi ini
adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi
pusat perhatiannya, dan sebagainya.
·
Penilaian/Penentuan
Sikap (Valuing)
Mencakup
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak atau
mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten
dengan sikap lain.
·
Organisasi (Organization)
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala
nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu
penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengembangan suatu perangkat nilai,
seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan
tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan
atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.
·
Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Complex)
Mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga
menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam
mengatur kehidupannya sendiri.
3.
Rana
Psikomotorik
Kawasan
psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi saraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :
·
Persepsi (Perception)
Mencakup
kemampuan untuk mengadakan diskriminan yang tepat antara dua perangsang atau
lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi
yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan
antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti dalam menyelisihkan benda yang
berwarna merah dari yang berwarna hijau.
·
Kesiapan (Set)
Mencakup
kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan
atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani
dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang
ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama didepan lampu lalu lintas yang
berwarna merah.
·
Gerakan Terbimbing (Guided Response)
Mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh
yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota
tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam
meniru gerakan-gerakan tarian atau dalam meniru suara.
·
Gerakan Yang Terbiasa (Mechanism Response)
Mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai
dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan
secara terkoodinir.
·
Gerakan kompleks (Complex Response)
Mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat dan efesien. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa
subketerampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti
dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.
·
Penyesuaian Pola
Gerakan (Adaptacion)
Mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan
ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu syaraf keterampilan yang telah mencapai
kemahiran, misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya
dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan.
·
Kreativitas (Creativity)
Mencakup
kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas
dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketerampilan
tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan
ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan
es dengan diiringi musik instrumental.
B.
ROBERT
GAGNE
Robet
Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, MA. Beliau mendapatkan gelar A.B. di
Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Psychology dari
Universitas Brown. Mengajar di Connecticut College for Women dari 1940-49 dan
kemudian di Penn State University dari 1945-1946. Antara 1949-1958, Gagne
menjadi direktur “perceptual and motor
skills laborartory” di U.S. Air force. Gagne (dalam diktat dasar dan proses
pembelajaran matematika II, 2012:5E) mulai mengembangkan beberapa idenya yaitu
teori belajar yang disebut “The
Conditions of Learning”.
Pada
25 tahun terakhir beliau adalah professor di Department of Education Research at Florida State
University di Tallahassee.
Gagne
melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa kompenen penting yaitu
:
1. Fase-fase
pembelajaran
2. Kategori
utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
3. Kondisi
atau tipe pembelajaran
4. Kejadian-kejadian
intruksional
Robert
Gagne seorang ahli psikologi pendidikan pengembangan teori belajar yang
mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The
Condition of Learning”. Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti
belajar konsep dan model pemroresan informasi bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persist over
a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor
dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.
1.
Fase-fase
pembelajaran
Gagne membagi proses
belajar berlangsung dalam 4 fase utama yaitu:
v Fase Receiving The
Stimulus Situation
Merupakan fase seseorang
memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya memahami stimulus
tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan sebagia
jembatan di Amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan diterima
atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa dapat memperhatikan apan
yang akan diucapkan.
v Fase Stage Of Acquition
Pada
fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh
sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan
pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa dapat
membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
v Fase Storage
Fase
penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang
dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek
dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
v Fase Retrieval/Recall
Fase
mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan
hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan
baik atas perkelompokan-perkelompokan menjadi kategori, konsep sehingga lebih
mudah dipanggil.
Kemudian
ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :
Ø Fase motivasi
Sebelum pelajaran dimulai
guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
Ø Fase Generalisasi
Fase transfer
informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa
dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
Ø Fase penampilan
Fase dimana siswa harus
memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu,
seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat
yang benar.
Ø Fase Umpan Balik
Siswa harus diberikan
umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
2.
Kategori
Utama Kapabilitas
Setelah selesai belajar, penampilan
yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuaun
(capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan atas kondisi mencapai
kemampuan tersebut berbeda-beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil
belajar yang diberikan Gagne yaitu :
v Verbal Information
Kemampuan
siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat
dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang
lainnya yang bersifat verbal.
v Intellectual Skills
Merupakan
penampilan yang ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang
dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang
berinteraksi seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan
simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual
pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya. Untuk
memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu
aturan-aturan yang kompleks yang berisi
aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperoleh aturan-aturan ini siswa
sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep konkret
ini siswa harus menguasai diskriminasi-diskriminasi.
v Cognitive Strategies
Merupakan
suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu
bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih
dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir.
Beberapa strategi kognitif adalah: (1) strategi menghafal, (2) strategi
elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif, (5) strategi
afektif.
v Attitudes
Merupakan
pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilalaku seseorang
terhadap benda, kejadian atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang
penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap
sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting
dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
v Motor skills
Merupakan
keterampilan kegiatan fisik dan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai
hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja
tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dan
lainnya.
3.
Kondisi
atau Tipe Pembelajaran
v Signal learning
Belajar
isyarat merupakan proses belajar melalu pengalaman-pengalaman menerima suatu
isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap”
merupakan suatu isyarat untuk mengambil sikap tertentu, tersenyh um merupakan
isyarat perasaan senang.
v Stimulus-Response
Learning
Belajar
stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang diakibatkan
oleh suatu stimulusu tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan
stimulus tertentu seseorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat
stimulus tersebut.
v Chaining
Chaining
atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu
terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : pulang kantor, ganti baju,
makan, istirahat.
v Verbal Association
Mengenal
suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal
tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajar
genjang, bola dan lain sebagainya. Lalu merangkai itu menjadi suatu pengetahuan
geometris, sehingga dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
v Discrimination Learning
Belajar
diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, dapat
memebedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk
manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya
walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari
jaringan, kadang-kadang jika jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan
interferensi atau tidak mampu membedakan.
v Concept Learning
Belajar
konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi
internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga
binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tetapi
sangat terbatas, manusia dapat menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia
sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dan lainnya.
v Rule Learning
Belajar
model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh
setiap orang yang telah menganyam pendidikan. Misanlnya : angin berembus dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat
diberikan contoh- contoh yang konkrit.
v Problem Solving
Memecahkan
masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa dilakukan manusia. Setiap hari dia
melakukan problem solving banyak sekali. Untuk memecahkan masalah dia
harus memiliki aturan-aturan atau
pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat
melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiiki
konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya dan suatu
strategi untuk memberikan arah kepada pemikiran produktif.
4.
Kejadian-Kejadian
Intruksional
Apakah
yang terjadi didalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha
mengontrol kondisi ekstern. Kondisi ekstern merupakan suatu bagian dari proses
belajar, namun termasuk tugas guru yang utama adalah mengajar.
Mengajar
terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu menurut Gagne terkenal dengan
“Nine intructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut :
v Gain Attention
Perlunya
menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru,
aneh, kontradiksi atau kompleks. Diharapkan siswa memiliki kepekaan indera
untuk merespon dengan cepat stimulus yang diberikan. Ketika menarik perhatian
siswa, pembimbing atau guru dapat memberikan gerakan isyarat atau merubah mimik
muka dan suara tiba-tiba.
v Inform Learnes Of
Objectives
Perlunya
mengatakan pada siswa apa yang akan diperoleh atau dikuasai setelah mengikuti
pelajaran, sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan yang dikuasai setelah
mengikuti pelajaran. Menyampaikan tujuan pembelajaran bisa menjadi motivasi
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
v Stimulate Recall Of
Prior Learning
Merangsang
timbulnya ingatan tentang pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari
yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
v Present The Content
Penyampaian
materi pembelajaran dengan menggunakan contoh, penekanan baik secara verbal
maupun “features” tertentu.
v Provide “Learning
Guidance”
Bimbingan
diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang membimbing proses atau berpikir
siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik. Berikan contoh-contoh,
gambar-gambar sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
v Elicit
Performance/Practice
Siswa
dimintat untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap materi.
v Provide Feedback
Siswa
diberitahu sejauh mana ketepatan untuk
kerjanya (performance).
v Assess Performance
Memberikan
tes atau tugas untuk menilai sejauh mana siswa mengetahui tujuan pembelajaran.
v Enhance Retention And
Transder To The Job
Merangsang
kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman,
mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah terjadi. Diharapkan
nantinya siswa dapat mentransfer atau menggunakann pengetahuan, keahlian dan
strategi ketika menghadapi masalah dan situasi baru.
Dalam
mengajar hal di atas dapat terjadi sebagian atau semuanya, proses belajar
sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5 dan 6. Pristiwa-peristiwa itu
digerakkan dan diatur dengan perantaraan komunikasi verbal yakni guru
mengatakan kepada murid apa yang harus dilakukannya.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan
pengertian taksonomi?
2. De
Block mengajukan 3 arah gagasan kegiatan mengajar, sebutkan ?
3. Sebutkan
delapan hierarki tingkah laku menurut Gagne?
4. Gagne
melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa kompenen penting.
Sebutkan?
5. Sebutkan
rana taksonomi atau klasifikasi menurut Bloom CS ?
KUNCI JAWABAN
1. Taksonomi
adalah
klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda mati atau diam, tempat dan
keajadian, sampai pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
2. From partial to more
integral learning, From limited to fundamental learning, From special to
general learning.
3. Delapan
hierarki tingkah laku menurut Gagne yaitu:
1.
Signal
learning,
2.
stimulus-response
learning,
3.
Chaining,
4. Verbal associations.
5.
Discrimination
learning,
6.
Concept
learning,
7.
Rule
learning,
8.
Problem solving.
4. Proses
belajar mengajar menurut Gagne:
1. Fase-fase
pembelajaran
2. Kategori
utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
3. Kondisi
atau tipe pembelajaran
4. Kejadian-kejadian
intruksional
5.
Adapun taksonomi atau
klasifikasi adalah sebagai berikut:
1. Rana
Kognitif
·
Pengetahuan (Knowledge)
·
Pemahaman (Comprehension)
·
Penerapan (Application)
·
Analisa (Analysis)
·
Sintesa (syntesis)
·
Evaluasi (Evaluation)
2. Rana
Afektif
·
Penerimaan (Receiving)
·
Partisipasi (Responding)
·
Penilaian/penentuan
sikap (Valuing)
·
Organisasi (Organization)
·
Pembentukan pola hidup (Characterization By A Value or Value Complex).
3. Rana
Psikomotorik
·
Persepsi (Perception)
·
Kesiapan (Set)
·
Gerakan Terbimbing (Guided Response)
·
Gerakan Yang Terbiasa (Mechanical Response)
·
Gerakan Yang Kompleks (Complex Response)
·
Penyesuaian Pola
Gerakan (Adaptation)
·
Kreativitas (Creativity)
PENUTUP
A.
RANGKUMAN
1.
Kata taksonomi diambil
dari bahasa yunani yaiyu “tasein” yang berarti untuk mengklasifikasikan dan “nomos”
yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan klasifikasi berhirarki dari
sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak,
benda mati atau diam, tempat dan keajadian, sampai pada kemampuan berfikir
dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
2.
Pendidikan lebih
daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai sesuatu proses transfer ilmu
belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan
kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
3.
Perbedaan pendidikan
dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikann terhadap pembentukan
kesadaran dan kepribadian anak didik disamping transfer ilmu dan keahlian.
4.
Taksonomi pendidikan
lebih dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom. Taksonomi ini pertama kali disusun
oleh benjamin s.bloom dan DKK. dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan.
5.
Dalam hal ini tujuan
pendidikan terbagi menjadi beberapa domain yaitu: kognitif, afektif, dan
psikimotorik.
6.
Selain itu Gagne juga
mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran, menurutnya pembelajaran adalah
seperangkat proses dan bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil
transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan
individu yang bersangkutan (kondisi) artinya proses pembelajaran tidak hanya
didalam satuan atau lembaga pendidikan saja tetapi, sebenarnya dari lingkungan
sehari-hari kita.
B.
TES
FORMATIF
1. Berikut
ini yang bukan termasuk dalam rana kognitif adalah.....
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Sikap
d. Penerapan
2. Yang
termasuk rana afektif adalah.....
a. Analisa
b. Evaluasi
c. Sintesa
d. Partisipasi
3. Taksonomi
Bloom pertama kali disusun pada tahun.....
a. 1975
b. 1968
c. 1959
d. 1956
4. Dimana
siswa harus memperhatikan suatu penampilan yang nampak setelah mempelajari
sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat
kalimat yang benar. Hal ini merupakan penjelasan dari fase.....
a. Fase
penampilan
b. Fase
motivasi
c. Fase
umpan balik
d. Fase
stroge
5. Dibawah
ini yang termasuk rana psikomotorik adalah......
a. Pengtahuan
b. Kesiapan
c. Penerimaan
d. Analisa
6. Seorang
akab dapat memperoleh suatu kesanggupan
yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang
diterima dengan pengetahuan sebelumnya,
merupakan penjelasan dari fase.....
a. Fase
penampilan
b. Fase
stage of aquation
c. Fase
motivasi
d. Fase
umpan balik
7. Menurut
gagne proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen penting,
kecuali.....
a. Fase-fase
pembelajaran
b. Kpndisi
atau tipe pembelajaran
c. Penyesuain
pola gerakan
d. Kejadian-kejadian
instruktional
8. Yang
bukan termasuk dari 8 hierarki tingkah laku menurut gagne adalah.....
a. Penilaian
atau penenetuan sikap
b. Rule
learning
c. Chaining
d. Signal
learning
9. Dibawah
ini yang merupakan contoh dari kepuasan menanggapi kecuali.....
a. Bertanya
b. Membuat
gambaran
c. Menjawab
soal-soal
d. Membuat
coretan
10. Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian yang
dihubungkan satu sama lain, sehingga tercipta suatu bentuk baru yaitu merupakan
pengertian dari.....
A. Sintesa
B. Evaluasi
C. Analisa
D. Penerapan
C.
UMPAN
BALIK DAN TINDAK LANJUT
Kriteria
keberhasilan:
85
- 100 : baik sekali
70
- 84
: baik
55
- 69 : cukup
<
54 : kurang

D.
KUNCI
JAWABAN TES FORMATIF
1. C
2. D
3. D
4. A
5. B
6. B
7. C
8. A
9. C
10. A
GLOSARIUM
Attitudes
: Pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilalaku seseorang
terhadap benda, kejadian atau makhluk hidup lainnya.
Assess
Performance
: Memberikan tes atau tugas untuk menilai sejauh
mana siswa mengetahui tujuan pembelajaran.
Cognitive
Strategies
: Merupakan
suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu
bagi belajar dan berpikir.
Chaining
: Chaining
atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi
segera setelah yang satu lagi.
Concept
Learning
: Belajar
konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi
internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa
Discrimination
Learning
: Belajar
diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya,
Elicit
Performance/Practice
: Siswa
dimintat untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap materi.
Enhance
Retention And Transder To The
Job : Merangsang
kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman,
mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah terjadi.
Gain
Attention :
Perlunya menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu
yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks.
Intellectual
Skills
: Penampilan yang ditunjukkan siswa tentang
operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya.
Inform
Learnes Of Objectives
: Perlunya
mengatakan pada siswa apa yang akan diperoleh atau dikuasai setelah mengikuti
pelajaran, sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan yang dikuasai setelah
mengikuti pelajaran.
Motor
skills : Merupakan
keterampilan kegiatan fisik dan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai
hasil belajar.
Nondiscoursive
Communication : Kemampuan untuk berkomunikasi dengan
menggunakan gerakan misalnya ekspresi wajah (mimik), postur dan sebagainya.
Present
The Content : Penyampaian materi pembelajaran
dengan menggunakan contoh, penekanan baik secara verbal maupun “features”
tertentu.
Provide
“Learning Guidance” : Bimbingan diberikan melalui
persyaratan-persyaratan yang membimbing proses atau berpikir siswa, agar
memiliki pemahaman yang lebih baik. Berikan contoh-contoh, gambar-gambar
sehingga siswa dapaat lebih memahami materi yang disampaikan.
Physical
Abilities
: Kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan
gerakan- gerakan keterampilan tingkat tinggi.
Present
The Content : Penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan contoh,
penekanan baik secara verbal maupun “features” tertentu.
Provide
“Learning Guidance”
: Bimbingan
diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang membimbing proses atau berpikir
siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
Provide
Feedback :
Siswa diberitahu sejauh mana
ketepatan untuk kerjanya (performance).
Rana Afektif : kawasan
yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya.
Rana Kognitif :
kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar.
Rana Psikomotorik : kawasan
yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi saraf.
Rule
Learning
: Belajar
model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh
setiap orang yang telah menganyam pendidikan.
Set :
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu
gerakan atau rangkaian gerakan dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis.
Signal
learning : Belajar isyarat merupakan proses
belajar melalu pengalaman-pengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk
melakukan tindakan tertentu.
Stimulus-Response
Learning
: Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar
atau respon tertentu yang diakibatkan oleh suatu stimulusu tertentu.
Stimulate
Recall Of Prior Learning
: Merangsang
timbulnya ingatan tentang pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari
yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
Stimulate
Recall Of Prior Learning : Merangsang timbulnya ingatan tentang pengetahuan atau keterampilan
yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang
baru.
Taksonomi
: klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi.
Semua hal yang bergerak, benda mati atau diam, tempat dan keajadian, sampai
pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Valuing : Kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
Verbal
Association : Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan
bentuk-bentuk rangkaian verbal tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2008. DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN. Jakarta : Bumi Aksara
5E,
Mahasiswa. 2012. DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA II (diktat).
Palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar